Bicara Film


Film Indonesia semakin berkibar.Itulah sekiranya yang sedang didengungkan oleh para praktisi yang menyebut diri mereka sebagai Masyarakat Film .Film-film Indonesia memang sedang berada dalam posisi terbangun.Para sineas berlomba-lomba membuat berbagai genre film.Demikian dengan para produser yang tak kalah dalam hal melobi para petingggi studio dan Home Production.Mereka seolah tak memberi nafas pada para penikmat film untuk menentukan mana yang akan mereka sebut sebagai film terbaik.
Film Indonesia memang sedang terbangun.Terbangun dari tidurnya yang cukup lama.Terbangun karena jiwa dari sineas muda yang kreatif dan produktif.

Masih hangat diperbincangkan media ketika para Masyarakat Film Indonesia (MFI) melayangkan protes dan gugatan kepada LSF atas keterbatasan hak dalam berkreasi (begitu mereka menyebutnya) LSF sebagai lembaga sensor,menurut mereka tidak dibutuhkan dalam perkembangan film terlebih ketika mereka merasa ketidakadilan dalam adegan yang tidak seharusnya disensor. Pendapat ini ditentang keras oleh para senior film dan anggota LSF tentunya.Mereka berpendapat dengan adanya LSF saja masih ada adegan yang tidak sejalan dengan budaya timur. Apa jadinya kalau LSF dibubarkan?


Terlepas dari semua prokontra dan perbedaan pendapat antara LSF dan MFI. Media kemudian menyoroti hasil karya mereka yaitu film yang tak henti mengisi bioskop Indonesia. Ya,meskipun sedang terjadi perdebatan,namun LSF dan MFI belum lelah bekerja sama. Terbukti setiap bulan selalu ada film baru yang dirilis ke pasaran dengan berbagai macam genre.

Perkembangan film Indonesia tentunya disambut dengan baik oleh semua pihak. Tentu semua menantikan hal tersebut. Yakni film Indonesia bisa mengungguli film-film dari luar meskipun di kandang sendiri.

Lalu bagaimana dengan hasil perkembangan film Indonesia kita baik secara materi atau dari segi kualitas seni. Dari nilai materi tentu bisa diasumsikan sebagai film Hollywood (dalam persen) yang mencetak box office. Mengeruk banyak rupiah,melambungkan nama dan tentu mendapat tawaran kontrak yang benilai lebih besar. Tapi bagaimana dengan kualitas seni yang dihasilkan,apakah sesuai dengan material yang didapat ? sayangnya hal itu tidak dapat diasumsikan dengan produksi Hollywood. Film-film box office Indonesia tidak dapat disejajarkan dengan film-film box office Hollywood.

Mungkin itu disebabkan para seniman film yang kehilangan kreatifitas atau mereka hanyalah orang-orang yang tidak mengerti dengan seni tetapi mengaku sebagai seniman ?
tapi kita memang tak bisa memungkiri bahwa seni film telah berubah menjadi sebuah industri besar. Sebuah film tak bisa hanya dilihat dari kualitas akting para pemainnya melainkan secara utuh baik yang dilayar maupun di balik layar.

Renungan Singkat : Film Indonesia telah bangkit dari tidurnya yang panjang selama 10 tahun. Dan yang membangunkannya adalah para seniman muda dan berbakat.
Lalu apakah butuh waktu 10 tahun lagi untuk membangkitkan film Indonesia agar bisa terbang dan tidak hanya jalan di tempat ? sebuah intuisi yang pantas untuk dicapai.
Read More …

Butuh Kamus ???

Gandakan Uang Anda Dengan Mudah,Murah,Cepat Disini